Label

Selasa, 06 Desember 2011

Sosiologi Pendidikan

       A.PENDAHULUAN
       1.Latar Belakang
Memasuki era globalisasi dan modernisasi dewasa ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan pesat. Tuntutan masyarakat semakin kompleks dan persaingan sangat ketat. Hal ini harus didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) dilakukan melalui jalur pendidikan. Pendidikan merupakan faktor pendukung utama terbentuknya manusia yang produktif dan kreatif guna terciptanya masyarakat yang sejahtera dan makmur serta memajukan bangsa dan negara. Dalam arti luasnya, pendidikan mengandung pengertian mendidik, membimbing, mengajar, dan melatih setiap individu.
Tujuan pendidikan nasional berdasarkan UU RI NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, sebagai berikut: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Tujuan pendidikan yang hendak dicapai pemerintah Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah sejak orde baru telah mengadakan perluasan kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh Rakyat Indonesia. Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 31 ayat 1 UUD 1945, yang menyatakan bahwa: “Tiap-tiap warga Negara berhak mendapat pengajaran”.
Penyelenggaraan pendidikan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan nonformal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah dan perguruan tinggi dengan proses pengajaran yang berjenjang dan berkesinambungan. Sedang pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah dan perguruan  tinggi tanpa proses pengajaran yang berjenjang dan berkesinambungan. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang berada di luar pendidikan formal. Dalam keluarga diselenggarakan pendidikan keluarga dengan pemberikan pendidikan, pengajaran, dan bimbingan mengenai agama, moral, etika, budaya, dan keterampilan. Sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam mendukung pendidikan. Dengan demikian, latar belakang keluarga harus diperhatikan guna tercapainya pendidikan yang maksimal.

Orang tua, masyarakat, dan pemerintah adalah tiga unsur yang bertanggungjawab dalam mencapai keberhasilan pendidikan. Masyarakat dan pemerintah bertugas menyiapkan sarana dan prasarana diselenggarakannya proses pendidikan, seperti kampus, dosen, pengawai yang mengurusi administrasi kampus dalam suatu perguruan tinggi. Bahar dalam  Maftukhah  (2007), menyatakan bahwa: pada umumnya anak yang berasal dari keluarga menengah ke atas lebih banyak mendapatkan pengarahan dan bimbingan yang baik dari orang tua mereka. Anak-anak yang berlatar belakang ekonomi rendah, kurang mendapat bimbingan dan pengarahan yang cukup dari orang tua mereka, karena orang tua lebih memusatkan perhatiannya pada bagaimana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Keluarga mempunyai pengaruh terhadap proses perkembangan anak karena keluarga adalah lembaga sosial pertama dalam hidup manusia. Dalam keluarga, orang tua memiliki tugas dan kewajiban dalam memenuhi seluruh kebutuhan pendidikan anak, terutama dalam hal finansial. Dikatakan bahwa orang tua yang berstatus sosial ekonomi tinggi, tidaklah banyak mengalami kesulitan dalam proses pendidikan anaknya. Sebaliknya, bagi orang tua yang berstatus social rendah.  
Dalam proses pembelajaran diperlukan sarana penunjang yang terkadang mahal. Akibatnya bagi orang tua yang tidak  mampu memenuhi sarana penunjang tersebut, maka anak akan terhambat dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, sumber daya manusia menjadi rendah sehingga menghambat kemajuan bangsa dan negara.
Keadaan demikian dapat kita lihat di SMA Negeri 1 Balapulang tahun ajaran 2009/2010  dalam sekolah  tersebut terdapat siswa-siswi dengan berbagai latar belakang sosial ekonomi orang tua yang berbeda. Adanya perbedaan status sosial ekonomi orang tua para siswa-siswi tersebut mempunyai pengaruh terhadap cara bergaul dan bersosialisasi pada siswa-siswinya.
Berdasarkan uraian di atas maka penulisan  ini mencoba menjelaskan “Adakah Perbedaan Social antar siswa di SMA Negeri 7 Semarang tahun ajaran 2010/2011 jika Dihubungkan dengan Perbedaan Status Social Ekonomi Orang Tua”.





       2.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan  di atas maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
a.     Bagaimana gambaran tentang status sosial ekonomi orang tua para siswa SMA Negeri 7 Semarang tahun ajaran 2010/2011?
b.   Adakah perbedaan social antar siswa di SMA Negeri 7 Semarang tahun ajaran 2010/2011 jika dikaitkan dengan perbedaan status social ekonomi orang tua ?
      
       3.Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut:
a.     Untuk mengetahui gambaran tentang status sosial ekonomi orang tua para siswa di SMA Negeri 7 Semarang tahun ajaran 2010/2011.
b.     Untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan social jika dikaitkan dengan perbedaan status social ekonomi orang tua.

                        C.KAJIAN TEORI
1.   Teori Stratifikasi
Dalam masyarakat terdapat sistem lapisan kelompok-kelompok yang dalam sosiologi dikenal dengan istillah stratifikasi sosial (social stratification). Pitirim A. Sorokin dalam Soekanto (2003:228) menyatakan bahwa social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis).
Menurut Said Gatara dan Dzulkiah Said (2007:49), stratifikasi sosial adalah struktur sosial yang memiliki lapisan-lapisan dalam suatu masyarakat.
Selanjutnya menurut Henslin (2007:178), stratifikasi sosial (social stratification) merupakan suatu sistem di mana kelompok manusia terbagi dalam lapisan-lapisan sesuai dengan kekuasaan, kepemilikan, dan prestise relatif mereka. Penting untuk dipahami bahwa stratifikasi sosial tidak merujuk pada individu. Stratifikasi sosial merupakan cara untuk menggolongkan sejumlah besar kelompok manusia  ke dalam suatu hirarki sesuai dengan hak-hak istimewa relatif mereka.
Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang bisa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang dipakai berlainan bagi tiap-tiap masyarakat.
Di dalam uraian tentang teori lapisan senantiasa dijumpai istilah kelas (social class). Seperti yang sering terjadi dengan beberapa istilah lain dalam sosiologi, maka istilah kelas, juga tidak selalu mempunyai arti yang sama. Walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas dalam masyarakat disebut class-system artinya, semua orang dan keluarga yang sadar akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan demikian, maka pengertian kelas adalah paralel dengan pengertian lapisan tanpa membedakan apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan atau dasar lainnya
Dalam Soekanto (2003:235) Max Weber mengadakan pembedaan antara dasar ekonomis dengan dasar kedudukan sosial akan tetapi tetap mempergunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat ekonomis dibaginya lagi ke dalam sub kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi dengan menggunakan kecakapannya. Disamping itu, Max Weber masih menyebutkan adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat dan dinamakannya stand.
Joseph Schumpeter dalam Soekanto (2003:235-236), mengatakan bahwa terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat adalah karena diperlukan untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata. Makna kelas dan gejala-gejala kemasyarakatan lainnya hanya dapat dimengerti dengan benar apabila diketahui riwayat terjadinya.
Soekanto (2003:237-238) membagi empat dasar lapisan masyarakat:
a.         Ukuran kekayaan. Barangsiapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut, misalnya, dapat dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, mobil pribadinya, cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
b.        Ukuran kekuasaan. Barangsiapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atasan.
c.         Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan dan/ atau kekuasaan. Orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyak dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah berjasa.
d.        Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan tetapi ukuran tersebut kadang-kadang menyebabkan terjadinya akibat-akibat yang negatif. Karena ternyata bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal yang demikian memacu segala macam usaha untuk mendapat gelar, walau tidak halal.
Kedudukan di atas tidaklah limitatif karena masih ada ukuran yang lain yang dapat digunakan, akan tetapi ukuran-ukuran di atas sangat menentukan sebagai dasar timbulnya sistem lapisan dalam masyarakat tertentu. Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia, golongan pembuka tanahlah yang dianggap memiliki status yang paling tinggi, menyusul para pemilik tanah, setelah itu mereka yang hanya memiliki tanah pekarangan rumah saja. Dalam masyarakat perkotaan status sosial ditentukan oleh standar keahlian yang dimiliki atau berada pada standar penilaian ilmu pengetahuan.

D.PEMBAHASAN
a.Gambaran status social ekonomi orang tua siswa SMA Negeri 7 Semarang.
            Status social erat kaitannya dengan stratifikasi social yang ada di masyarakat kita sekarang ini.Status social berbanding lurus dengan stratifikasi social yang ada di dalam masyrakat,semakin tinggi status social seseorang maka semakin tinggi pula ia menempati stratifikasi social yang ada di masyarakat.Berbicara mengenai status social yang ada dalam masyarakat kita bisa ambil contoh di SMA Negeri 7 Semarang.Mayoritas keadaan status social ekonomi orang tua siswa SMA Negeri 7 Semarang termasuk ke dalam golongan ekonomi menengah ke bawah,meskipun ada yang termasuk golongan ekonomi menengah ke atas  namun jumlahnya sedikit. Untuk pekerjaan para orang tua siswa rata-rata PNS dan swasta.
            Untuk sekolahnya sendiri di SMA Negeri 7 Semarang kelas X terdiri atas 10 kelas, kelas XI 10 kelas terdiri atas jurusan IPA 4 kelas,jurusan IPS 5 kelas dan Bahasa 1 kelas.Kelas XII sama dengan kelas XI untuk jumlahnya.

b.Perbedaan Status Sosial antar Siswa SMA Negeri 7 Semarang
            Siswa-siswi SMA Negeri 7 Semarang kebanyakan berasal dari latar belakang keluarga dengan status social ekonomi menengah ke bawah.Untuk pekerjaan orang tua siswa rata-rata adalah sebagai PNS dan Swasta.Di SMA Negeri 7 Semarang ada pembagian kelas yakni saat kenaikan kelas dari kelas X naik kelas XI lebih tepatnya adalah program penjurusan di mana siswa diarahkan untuk memilih jurusan mereka masing-masing ada IPA,IPS dan Bahasa.Pemilihan jurusan siswa ini disesuaikan pula dengan nilai rapor kelas X.Bagi mereka mereka yang tidak suka akan mata pelajaran IPA akan memilih jurusan IPS atau Bahasa.Setelah program penjurusan ini ternyata secara fisik para siswa terbagi dalam kelompok-kelompok tertentu,dalam hal ini adalah program apa yang mereka pilih.Dalam teori pelapisan social dijelaskan bahwa senantiasa dijumpai istilah kelas(social class).Berkaitan dengan penjelasan sebelumnya di SMA Negeri 7 Semarang siswa kelas XI dan XII terbagi dalam kelompok-kelompok social sesuai program jurusan yang mereaka pilih.Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa untuk kelas XI terdiri atas 4 kelas IPA,5 kelas IPS dan 1 kelas Bahasa.Program jurusan ini jika dikaitkan dengan teori stratifikasi social bisa dikatakan sebagai pembagian kelas-kelas social karena pada akhirnya mereka dikelompok-kelompokan dalam kelas-kelas social sesuai program jurusan yang diambil.Tidak hanya karena factor nilai rapor namun factor latar belakang keluarga dengan status social yang berbeda juga berpengaruh terhadap penentuan program jurusan yang akan mereka ambil.Biasanya orang tua kebanyakan menginginkan anaknya mengambil jurusan IPA.
            Adanya program penjurusan ini pada akhirnya membuat para siswa kelas XI dan XII dalam cara bergaul dan bersosialisasinya terbatas hanya pada kelas mereka sendiri saja,sesama satu  jurusan.Ditambah lagi dari pihak sekolah lebih mengunggulkan salah satu program saja yakni program IPA,karena program jurusan yang lain dianggap sebagai program jurusan di bawah program jurusan IPA.Hal ini membuat di anatara siswa seperti ada sekat-sekat dalam teori pelapisan social ada semacam kelas atas dan kelas bawah.Dalam hal ini bisa dikatakan program IPA seabagai kelas atas dan progrsm IPS dan Bahasa sebagai kelas bawah.Dari penggolongan kelas-kelas tersebut tentu secara tidak langsung mempengaruhi cara bergaul dan bersosialisasi mereka.Anak-anak IPA terkenal dengan kedisplinanya dan kepintarannya sedangkan anank-anak IPS dan Bahasa lebih dikenal sebabia anak-anak yang badung,banyak bicara,kurang displin dan lain-lain.Di SMA Negeri 7 Semarang siswa program jurusan  IPA kebanyakan bergaul dan bersosialisasi dengan siswa jurusan IPA,begitu juga sebaliknya untuk siswa program jurusan IPS dan Bahasa hanya bergaul dengan teman sejurusan mereka saja.Singkatnya anak-anak jurusan IPA bergerombol dengan satu jurusan IPA dan IPS juga hanya bergerombol dengan satu jurusan IPS.
            Dari penjelasan di atas ternyata dengan latar belakang social ekonomi yang berbeda di antara siswa –siswa SMA Negeri 7 Semarang tidak menimbulkan perbedaan social di antara mereka secara mencolok.Perbedaan social terjadi lebih dikarenakan dengan adanya program penjurusan yang diadakan oleh sekolah.Program penjurusan ini mengakibatkan para siswa terbagi dalam kelas-kelas social dengan kelas IPA sebagai first class dan kelas IPS dan Bahasa sebagai second class.Dari pihak sekolah pun lebih menuggulkan program jurusan IPA.Hal ini juga mengakibatkan para siswa lebih membatasi diri dengan bergaul dan bersosialisasi dengan teman satu jurusan saja.Anak-anak IPA dengan IPA yang lain,begitu juga sebaliknya anak-anank IPS dan Bahasa.Perbedaan latar belakang keluarga yang berbeda tidak membuat perbedaan social yang mencolok di antara para siswa karena semua siswa bergaul dengan siapa saja.Siswa dengan latar belakang keluarga menengah ke bawah bergaul dengan siswa berlatar belakang social ekonomi menengah ke atas.Semua siswa berbaur menjadi satSiswa dengan latar belakang keluarga menengah ke bawah bergaul dengan siswa berlatar belakang social ekonomi menengah ke atas.Semua siswa berbaur menjadi satu,tidak memandang status social ekonomi keluarga.








E.PENUTUP  
a.Simpulan
1.Status social ekonomi orang tua siswa SMA Negeri 7 Semarang termasuk ke dalam golongan ekonomi menengah ke bawah.Rata-rata para orang tua siswa bekerja sebagai PNS dan Swasta.
2.Perbedaan social di antara siswa terjadi karena adanya pembagian kelas yang dilakukan oleh pihak sekolah yaitu dengan program penjurusan.Di mana siswa terbagi dalam kelompok-kelompok social yaitu kelas IPA,kelas IPS dan kelas Bahasa.Bukan karena latar belakang social ekonomi keluarga yang berbeda.
3.Program penjurusan ini membatasi ruang gerak,cara bergaul dan cara bersosialisasi para siswa SMA Negeri 7 Semarang.Mereka hanya bergaul dengan teman satu jurusan saja terlebih lagi dari pihak sekolah lebih mengunggulkan salah satu kelas saja yakni kelas IPA.Hal ini menimbulkan semacam kecemburuan social di antara siswa kelas IPS dan Bahasa dengan siswa kelas IPA.
b.Saran
1.Dari pihak sekolah sebaiknya tidak membeda-bedakan program apa yang diambil oleh siswa dan tidak mengunggulkan salah satu program saja agar tidak terjadi  kecemburuan social antar siswa.Siswa harus diberi perhatian yang sama rata.
2.Sebaiknya pihak sekolah memberi kesempatan yang sama untuk semua siswa SMA Negeri 7 Semarang untuk mengembangkan diri dan berkreativitas.Untuk siswa IPS,Bahasa maupun IPA sehingga tidak terjadi skecemburuan social antara siswa.














                                                                                        
TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
“Adakah Perbedaan Sosial antar Siswa SMA Negeri 7 Semarang jika Dihubungkan dengan Status Sosial Ekonomi Orang Tua”
Dosen Pengampu :
1.Dra. Eli Kismini,M.si
2.Fajar,S.pd



Di Susun oleh :
Galih Mahardika C.P(3401409065)


JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
UNNES

1 komentar:

  1. Seharusnya tidak perlu mencantumkan
    TUGAS MID SOSIOLOGI PENDIDIKAN
    “Adakah Perbedaan Sosial antar Siswa SMA Negeri 7 Semarang jika Dihubungkan dengan Status Sosial Ekonomi Orang Tua”
    Dosen Pengampu :
    1.Dra. Eli Kismini,M.si
    2.Fajar,S.pd



    Di Susun oleh :
    Galih Mahardika C.P(3401409065)


    JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI
    UNNES
    Dip

    BalasHapus